Thursday, August 26, 2010

LAMPU TL MENGGUNAKAN ACCU.

Posting kali ini saya akan membahas cara pembuatan lampu Tl menggunakan catu daya accu. Rangkaian  ini sering kita jumpai pada penerangan darurat,  penerangan pada kabin bus dan lainnya. Mungkin bagi hobies otomotif, rangkaian ini bisa kita aplikasi pada sepeda motor  atau mobil yang dipasang pada kolong kendaraan. Rangkaian ini sebenarnya sudah banyak beredar di toko-toko elektronika dengan harga yang relatif terjangkau. Untuk menghemat biaya pembuatan kita bisa memenfaatkan komponen bekas radio AM jadul. Pembuatan rangkaian ini tidak akan bayak mengeluarkan banyak biaya, biasanya tidak akan mencapai Rp.10.000,-. Pada dasarnya rangkaian ini adalah rangkaian  inverter mini yang mengubah tegangan DC  9 v - 13 v menjadi tegangan AC 200 v-400 v.

Cara kerja rangkaian ini yaitu :
Tegangan DC dari accu atau batry melewati kumparan L1 menuju komponen R & C  kemudian memicu transistor D 313 sehingga arus listrik akan mengalir melewati L2, saat  transistor aktif maka tegangan  trigger dari R & C menjadi kecil, sehingga transistor off. Saat transistor off maka tegangan yang mengalir menuju basis akan kembali tinggi sehingga akan terjadi siklus yang berulang-ulang. Ketika arus listrik yang mengalir pada L1&L2  berubah-ubah  maka  akan menghasilkan induksi electromagnet yang menghasilkan GGL induksi pada L3. Karena perbandingan L2 dan L3 akan menghasilkan arus AC 200 volt - 400 volt yang akan menghidupkan lampu TL. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat gambar berikut ini : 



















Gambar skema lampu TL menggunakan ACCU.

Dalam pembuatan rangkaian yang agak menyita waktu yaitu pembuatan transformator. Apabila susah membuatnya bisa kita pakai tranformator CT 0,5 Ampere. Walaupun dapat kita ganti menggunakan transformator CT, alangkah baiknya kita buat sendiri karena lebih hemat biaya dan bentuknya relatif  kecil.



Cara pembuatan transformator :
1. Inti tranformator : Batang ferit.
2. L1 & L2 : Kawat email diameter 0,8mm dengan jumlah lilitan 28 lilit. Cara melilit email yaitu dengan cara dua kawat email dijadikan satu kemudian dililit pada inti ferit, dua ujung yang pertama dijadikan satu  vcc> dan kedua ujung  lainnya menuju collector transistor dan menuju komponen R&C.
3. L3 :  Kawat email 0,1mm  dengan jumlah lilitan 500 lilit.






Monday, August 23, 2010

REKONDISI LAMPU HEMAT ENERGI

Barang-barang bekas yang tidak dipakai umunya langsung dibuang, padahal barang bekas tersebut masih bisa direkondisi alias direpair. Salah satu barang tersebut adalah lampu hemat energi, namun belum banyak orang yang tahu dan mampu memenfaatkan lampu hemet energi yang sudah tidak bias menyala lagi. Sebenarnya apasih lampu hemat energi itu?
Lampu Hemat Energi alias Compact Flourescent Lamp(CFL) atau sering disebut lampu jari memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan lampu jenis bohlam. Lampu jenis ini mampu menghemat konsumsi daya 80% daripada lampu konfesional yang lain. Walaupun lebih hemat energi lampu ini mempunyai kelemahan dalam segi harga yang lebih mahal, sebagai contoh lampu jenis bohlam 10 Watt hanya Rp.1.500-3.000,- sedangkan harga lampu hemat energi paling murah(merek abal-abal) Rp.5.000,-
Cara kerja lampu hemat energi yaitu arus listrik AC dari PLN kemudian di ubah menjadi arus dc oleh dioda bridge selanjutnya difilter oleh kondensator elektrolit. Tegangan tersebut kemudian diolah secara elektronik oleh rang kaian converter DC to AC kemudian arus AC tersebut akan menyulut tabung Flourescent. Untuk lebih jelasnya bias kita lihat pada gambar berikut ini :









Gbr. Skema dasar Lampu Hemat Energi

Bagian pokok lampu hemat energi :
1. Bagian Konektor atau fitting : Berfungsi sebagai penghubung lampu dengan jaringan AC listrik PLN. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat seperti gambar berikut ini :















2. Bagian Elaktronik atau Ballast elektronik : Rangkaian elektronika yang meruipakan system switching.
















3.Bagian filamen atau tabung lampu : Merupakan tabung flourescen yang akan berpendar saat filament didalamnya dialiri arus listrik.


















Cara rekondisi lampu hemat energi :
Pertama-tama kita siapkan alat berupa solder,atraktor,tenol,multi tester,obeng kecil. Setelah alat-alat lengkap maka kita mulai membuka tutup dari rangkaian lampu dengan cara mencongkel dengan obeng kecil. Setelah tutup tersebut terbuka maka kita dapat melihat rangkaian elektronika/ballast elektronik.Kemudian pisahkan rangkaian tersebut dengan lampu tabung tersebut dengan cara melepas 4 kawat sambungan pada rangkaian. Untuk mengetes filament tersebut kita gunakan multi tester pada posisi 10X. Apabila jarum bergerak saat pengukuran masing-masing filament maka dapat kita simpulkan bahwa lampu tabung masih layak digunakan. Karena lampu tabung masih baik maka kemungkinan besar kerusakan terjadi pada rangkaian ballast elektronik. Apabila filament lampu tabung yang putus maka kemungkinan rangkaian ballast elektronik masih baik. Kerusakan pada lampu biasanya ada 2 kemungkinan yaitu Rangkaian ballat rusak atau lampu tabung yang putus, maka dapat kita akali dengan cara kanibal. Cara kanibal dapat kita gunakan apabila kita mempunyai 2 lampu yang rusak dan kerusakannya berbeda cotohnya kita mempunyai sebuah lampu yang rusak ballast elektronik dan lampu yang lain rusak pada lampu tabungnya. Kita dapat memanfaatkan ballast elektronik yang masih bagus dan kita pasang pada tabung lampu yang masih bagus.

Pada komponen ballast elektronik yang sering rusak adalah transistor. Karena hampir semua jenis ballast elektronika yang ada hamper sama, maka bisa kita gunakan system kanibal pada ballast elektronik yang lain. Dengan system kanibal kita dapat menghemat biaya. Biasanya transistor yang digunakan yaitu seri 13001 untuk daya <8 watt, seri 13002 untuk daya 8 watt sampai 18 watt, seri 13003 untuk daya diatas 18 watt. 


Tanda kerusakan tabung lampu :
1. Pada salah satu atau kedua ujung filament berwarna hitam,hal ini dikarenakan panas yang berlebih pada filament yang diakibatkan tegangan lebih ataupun usia pakai. Untuk lebih baiknya kita gunakan multitester untuk mengecek filament. 
2. Tabung lampu retak,kemungkinan dikarenakan jatuh ,terbentur,atau karena panas yang berlebih pada tabung lampu.

Tanda kerusakan pada ballast elektronik : 
1. Sekring putus, biasanya putus dapat kita tes menggunakan multi tester pada skala 1X, apabila jarum bergerak maka sekring baik. 
2. Dioda short, hal ini jarang terjadi untuk mengetesnya kita menggunakan multi tester pada posisi 10X, apabila jarum tidak bergerak maka dioda putus. Bila pengetesan posisi dioda dibolak-balik dan jarum bergerak maka dioda short. 
3. capasitor, kerusakan pada umumnya capasitor terlihat menggembung. Cara pengetesan menggunakan multi tester posisi 10X apabila jarum bergerak kemudian kembali ke-posisi nol berarti capasitor baik. Apabila jarum bergerak dan tidak kembali maka capasitor korslet.
4. Resitor, kerusakan biasanya ditandai dengan terlihat terbakarnya resistor. Cara pengetesan dengan multi tester, bila jarum bergerak menunjukkan nilai yang sama dengan nilai resistor maka resistor baik,apabila jarum tidak bergerak maka resistor putus.
5. transistor, biasanya transistor pecah, untuk mengetesnya menggunakan multi tester posisi 10X. Transistor baik jika jarum bergerak apabila basis pada kabel merah dan colektor atau emitor pada kabel hitam dan jarum tidak bergerak pada saat dites menggunakan multi tester antara colektor dan emitor.


Contoh gambar rangkaian lampu hemat energi :




















Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca…….

Wednesday, August 18, 2010

MENGHITUNG NILAI RESISTOR PADA RANGKAIAN LED



LED adalah komponen elektronika yang terbuat dari bahan semi konduktor jenis dioda yang mampu memencarkan cahaya. LED mampu menghasilkan cahaya yang berbeda beda menurut semi konduktor yang digunakan dan jenis bahan semi konduktor  tersebut akan menghasilkan panjang gelombang yang berbeda sehingga cahaya yang dihasilkan bebeda pula.

CARA KERJA LED :
Karena LED adalah salah satu jenis dioda maka LED memiliki 2 kutub yaitu anoda dan katoda. Dalam  hal ini LED akan menyala bila ada arus listrik mengalir dari  anoda menuju katoda. Pemasangan kutub LED tidak boleh terebalik karena apabila terbalik kutubnya maka LED tersebut tidak akan menyala. Led memiliki karakteristik berbeda-beda menurut warna yang dihasilkan. Semakin tinggi arus yang mengalir pada led maka semakin terang pula cahaya yang dihasilkan, namun perlu diperhatikan bahwa besarnya arus yang diperbolehkan 10mA-20mA dan pada tegangan 1,6V -  3,5 V menurut karakter warna yang dihasilkan. Apabila arus yang mengalir lebih dari 20mA maka led akan terbakar. Untuk menjaga agar LED tidak terbakar perlu kita gunakan resistor sebagai penghambat arus.

Gambar LED :




Tegangan kerja / jatuh tegangan  pada sebuah menurut warna yang dihasilkan :
1. Infra merah : 1,6 V
2. Merah : 1,8 V – 2,1 V
3. Oranye : 2,2 V
4. Kuning : 2,4 V
5. Hijau : 2,6 V
6. Biru : 3,0 V – 3,5 V
7. Putih : 3,0 – 3,6 V
8. Ultraviolet : 3,5 V

Berdasarkan Hukum Ohm,  V=I.R
Keterangan : V = tegangan,  I = arus listrik,  R = Resistor.
Apabila kita mencari nilai resistor maka : R = V/I  
R =(Vs-Vd) / I        
Vs = tegangan sumber(batry,accu,power suply).
Vd = jatuh tegangan.

Contoh : Misal kita mempunyai sebuah LED warna merah (memiliki jatuh tegangan 1,8 Volt) yang akan dinyalakan menggunakan  sumber tegangan(misalnya accu) : 12Volt maka kita harus mencari nilai resistor yang akan dihubungkan secara seri dengan LED. Untuk led yang digunakan sebagai indikator rangkaian kita menggunakan arus minimum agar led tahan lama yaitu 10mA. Apabila kita menginginkan led sebagai aksesori(cahaya yang terang) kita menggunakan arus maksimum yaitu 20mA. Sebagai contoh kita akan merangkai led sebagai aksesori maka kita menggunakan arus maksimum 20mA. Jadi dari masalah diatas dapat diketahui : tegangan yang digunakan : 12V, jatuh tegangan : 1,8V, dan Arus listrik : 20mA=0,02Ampere. R=(12-1,8) / 0,02 = 510 ohm.
Untuk menghitung nilai resistor seri led secara cepat menurut Gelora Elektronik Kursus adalah 100X selisih tegangan sumber dikurangi tegangan led : R seri dalam satuan ohm.
R=100X(12-1,8) =1.020 Ohm, bisa kita bulatkan 1K karena dipasaran tidak ada yang jual 1.020 Ohm.


Menghitung nilai resistor secara parallel
:

R LED Merah=(12 V- 1.8V) /0.02 A = 510 ohm.
R LED Biru(12V - 3V) / 0.02 A = 450 ohm.

Menghitung resistor secara seri :
R = (12V - 9.6 V) / 0.02 A = 120 ohms









Mennghitung resistor pada LED nyala putih(super bright)
Kita memiliki 3 buah led nyala putih(super bright) dan akan kita nyalakan dengan mengguynakan accu 12 Volt maka
R= (12V - (3.6 V x 3) / .0,3 A = 40Ω
Gambar LED super bright :
 
Catatan : Untuk indikator pada rangkaian kita menggunakan arus 10mA agar led tahan lama sedangkan untuk aksesori yang menyala lebih terang kita menggunakan arus maksimum 20mA.

Tuesday, August 17, 2010

RESISTOR

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang berfungsi sebagai penghambat arus listrik. Nilai hambatan pada resistor disebut resistansi. Karena resistor yang fungsinya  sebagai penghambat arus listrik, maka sering disebut hambatan listrik. Resistor pada umumnya terbuat dari bahan karbon namun ada pula yang terbuat dari bahan kawat resistansi(kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Resistansi suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega). Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu rancangan adalah besar dayanya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar W=I²R watt. Semakin besar ukuran fisik resistor menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran besar nilai resistansi dicetak langsung dibadannya, misalnya 100Ω 5W.


Resistor berdasarkan nilainya dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

1. Fixed Resistor : Yaitu resistor yang nilai resistansinya tetap atau tidak berubah. Resistor tetap biasanya ditandai dengan menggunakan cincin warna yang berfungsi sebagai tanda nilai resistansi.
Kode warna resistor .
Banyaknya cincin kode warna pada resistor ada yang berjumlah 4 cincin dan ada juga yang menggunakan 5 cincin warna. Resistor yang mempunyai lima cincin warna terdiri dari cincin 1,2 dan 3 sebagai jumlah digit, cincin 4 sebagai pengali serta cincin 5 adalah nilai toleransi. Resistor yang mempunyai empat cincin warna terdiri dari cincin 1dan 2 sebagai digit, cincin 3 adalah cincin pengali dan cincin 4 sebagai nilai toleransi.

 
Gambar tabel warna cincin resistor : 

2. Resistor variabel : Yaitu resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah.
Contoh resistor vaariabel :

-trimpot : Yaitu resistor yang nilai resistansinya dapat diubah menggunakan obeng.






Gambar trimpot.

-Potensio : Yaitu resistor yang nilai resistansinya dapat diubah langsung menggunakan tangan dengan memutar poros potensio secara langsung.




Gambar potensio.

3. Resistor Non Linier : Yaitu resistor yang nilai resistansinya tidak linier karena pengaruh faktor lingkungan, misalnya suhu dan intensitas cahaya. Jenis ini dibagi menjadi 3 yaitu :

-PTC : Positif temperatur Coefisien.
Adalah jenis resistor non linier yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh perubahan suhu. Makin tinggi suhu yang mempengaruhi maka semakin tinggi pula nilai resistansinya.








Gambar PTC.


-NTC : Negatif Temperatur coefisien.
Adalah resistor non linier yang nilai resistansinya terpengaruhi oleh perubahan suhu. Makin tiggi suhu yang mempengaruhi maka semakin kecil nilai resistansinya.








Gambar NTC.


-LDR : Light Dependent Resistor.
Adalah jenis resistor non linier yang nilai resistansinya terpengaruhi oleh perubahan intensitas cahaya yang mengenainya. Makin besar intensitas cahaya maka semakain kecil nilai resistansinya.









Gambar LDR.